Minggu, 28 Juni 2020

Bagaimana Caranya Memiliki Anak Hafizh Usia Dini Meskipun Sekarang Anda Bukan Seorang Hafizh/ah.

بسم الله والصلاة والسلام على رسول الله

Jika melihat tayangan hafizh ciliki RCTI, hampir semua penonton kagum dan bangga dengan penampilan anak-anak usia dini mampu hafal Al-Qur'an. Terbersit di hati setiap orang tua juga ingin memiliki anak hafizh Qur'an. Menjadi jalan inspirasi dan motivasi channel hafizh cilik RCTI bagi ibu-ibu muda di seluruh Indonesia untuk mencari lembaga yang memiliki program tahfizh. Alhamdulillah, lembaga tahfizh usia dini mulai menjamur dan banyak sekali, ibarat di dalam satu kampung bisa jadi ada 3 lembaga tahfizh usia dini, padahal di masa tahun 90 an mungkin lembaga tahfizh usia dini tidak ada kecuali hanya tempat buat mengaji anak-anak.
Fenomena baik ini haruslah tetap dijaga dan dibina agar hasil yang diharapkan terwujud. Banyak lembaga tahfizh usia dini berlomba-lomba memberikan metode tahfizh kepada orang tua sebagai pengetahuan bagaimana cara mendidik usia dini agar hafal al-Qur'an. Ada yang memberikan ilmu nya dalam bentuk kulwap, seminar online baik gratis maupun berbayar. Dan orang tua mulai semakin terbuka pengetahuannya tentang ilmu mendidik usia dini.
Nah, di sini juga saya ingin berbagi tips dan pengalaman saya sebagai orang tua yang masih punya balita umur 9 bulan dalam kandungan, anak kedua umur 1 tahun, anak ketiga umur 2 tahun dan anak keempat umur 5.5 tahun, juga saya sebagai pimpinan Markaz Hanan Sekolah Tahfizh Balita Karawang, mohon doanya para pembaca budiman semoga anak saya dan anak didik saya bisa menjadi hafizh dan hafizhah. Amin
Ada 3 tahapan yang harus dilalui orang tua yang ingin memiliki anak hafizh usia dini seperti anak-anak yang tampil di acara hafizh cilik RCTI. Apa saja tahapan-tahapannya :

1. Tahapan Pertama Memulai

Pada tahapan ini, orang tua langsung saja memulai ketika sudah ada niat mengajarkan al-qur'an kepada anak sejak usia dini. Jangan menunda kebaikan, jika niatnya benar, insha Allah ada jalannya. Banyak pada tahapan ini, orang tua tidak berani memulai karena merasa masih awam, akhirnya ia putuskan untuk mendelegasikan tugas menghafal ini kepada guru atau lembaga. Tidak salah dengan keputusan ini karena merasa tidak mampu dan punya ilmu, jadi butuh pihak kedua untuk membantu. Terus apa masalahnya ?
Masalahnya, pada tahapan memulai ini, orang tualah yang harus menemani anak belajar di rumah dengan berbagai sumber illmu seperti buku dan murottal. Sedangkan untuk orang tua zaman sekarang berfikirnya menjadi simpel mungkin karena kedua orangtuanya sibuk bekerja jadi belajar cukup di lembaga bersama guru, apalagi kalau lembaganya sudah punya nama, tapi apa yang terjadi jika anaknya tidak bisa hafal ? Tentu kecewa dengan lembaga dan gurunya. Padahal langkah anak belajar di lembaga merupakan tahapan ketiga, jadi mulailah dari tahapan pertama yaitu tahapan mengerjakan sendiri semuanya agar orangtua mengerti step by step menghafal dan mampu mengenali karakter belajar anak. Jika pada tahapan memulainya sudah benar, maka ketika anak belajar di lembaga hasilnya akan jauh lebih cepat dan tidak memerlukan waktu lama. Karena orang tua dan lembaga bisa bekerjasama juga orangtua sudah memiliki pengalaman bersama anak. Jika ditanya, berapa lama waktu yang dibutuhkan dari tahapan pertama hingga tahapan ketiga ? Kalau dari pengalaman saya sekitar 2 - 3 tahun. Jika ayah bunda memulainya dari usia anak umur 2 tahun maka silahkan belajar di lembaga di umur 4 atau 5 tahun, karena di usia itu anak sudah mulai mandiri.

2. Tahapan Kedua : Mengelola Jadwal

Pada tahapan ini, ayah bunda mulai mengelola jadwal belajar anak dan menyusunnya dengan rapi, juga usahakan anak mulai mematuhi jadwalnya. Jika pada tahapan pertama, memulai. Mulai mendengarkan lantunan alqur'an setiap hari dengan cara diulang-ulang, sampai anak mulai terbiasa dengan bahasa alqur'an dan suara syaikhnya. Nah, pada tahapan kedua ini, anak mulai dilatih belajar sesuai jadwal dan target. Berapa ayat target yang harus didengar, dibaca dan dihafal dan kapan saja waktunya ?
Pengalaman saya di rumah, jadwal belajar anak dibagi 3 waktu dengan 3 kegiatan belajar yang berbeda, contohnya :
1. Waktu pagi karena masih fresh khusus menambah hafalan
2. Waktu siang sampai sore khusus mengulang/murojaah hafalan lama
3. Waktu malam khusus mengulang/murojaah hafalan yang tadi pagi.

Filosofinya : hafalan yang tadi pagi atau hari ini jika tidak diulang malamnya maka besok sudah lupa lagi. Dan hafalan lama jika tidak diulang setiap harinya atau jumlah hafalan lama diulang habis selama sepekan maka hafalannya akan lemah.

3. Tahapan Ketiga : Berkembang

Pada tahapan ini, ayah bunda sudah mulai mengetahui perkembangan hafalan anak dari proses perjalanan ayah bunda yang mengajar dan setiap proses ayah bunda harus dokumentasikan, kenapa ? Dokumentasi perjalanan hafalan anak sangat penting untuk evaluasi di tahapan ketiga ketika ayah bunda menyekolahkan anak di lembaga. Jadi nanti ayah bunda bisa melihat grafik belajar anak di tahap pertama, kedua dan ketiga, apakah anak selama belajar di lembaga pencapain hafalannya meningkat atau turun. Dan ayah bunda bisa berdiskusi atau bekerjasama dengan lembaga juga guru, agar hasil yang diharapkan terwujud.
Jika step by step ini dijalankan dengan baik dan benar maka perkembangan hafalan ananda akan semakin baik, dari sisi kekuatan hafalan semakin mutqin juga dari sisi bacaan semakin bagus.
Demikian 3 tahapan mengajarkan al-Qur'an usia dini, untuk proses dan cara mengajarkannya insha Allah akan dibahas pada tulisan berikutnya.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share, di like dan di komentari

Penulis : Sunario, Lc
Pimpinan Markaz Hanan
Sekolah Tahfizh Balita dan Anak Karawang


#hafizhusiadini
#markazhanankarawang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar